Banyak
yang bilang seharusnya sekarang aku sudah menjadi seniman terkenal di usiaku
yang 19 tahun.. Orang-orang bilang gambaranku sangatlah bagus sehingga tanpa
kuliahpun aku sudah dijamin akan menjadi seniman terkenal. Tetapi aku memilih
untuk tetap melanjutkan kuliahku yang beranjak masuk ke semester 2. Tidak ada
yang memaksaku untuk kuliah hanya saja aku hanya ingin menikmati masa mudaku
dengan mencicipi pahit manisnya perkuliahan yang juga dilalui oleh teman-temanku.
Orangtuaku
seorang wiraswasta yang sekarang sudah memiliki sebuah perusahaan yang mereka bangun
dari nol hingga sekarang menjadi salah satu perusahaan ternama di Indonesia. Rumahku
di Bandung, begitu juga perusahaan orangtuaku. Tetapi sekarang aku kuliah di Surabaya.
Maka dari itu aku jarang bertemu dengan orangtuaku dan hidup sebagai anak
kos-kosan di Surabaya.
Hobiku
dari kecil memang menggambar dan mewarnai. Dan semenjak SMA aku sering sekali
menggambar sketch wajah temanku. Terkadang ada yang meminta untuk digambarkan
karena penasaran dengan hasil sketch wajah mereka, ada yang minta tolong
gambarin sketch wajah pacarnya, dan lain-lain. Semenjak itu teman-temanku
sering mendaftarkanku ikut lomba gambar tanpa sepengetahuanku. Mau tidak mau
aku ikut, karena temanku jugalah yang menyeretku pergi ke tempat lomba tersebut.
Akhirnya aku menggambar sesuai dengan tema yang sudah diberikan oleh panitia. Lomba
ini bukan seperti lomba menggambar anak TK dan SD tetapi lomba gambar di sini
adalah mulai dari menggambar sketch wajah, sketch tubuh, dan melukis. Awalnya
aku tidak mengharapkan banyak dari hasil gambaranku karena pesaing lainnya yang
tingkat SMA sama denganku banyak yang sudah lebih jago dan mahir dari padaku. Sebagian
aku juga kenal dengan peserta-peserta yang mengikuti lomba gambar itu karena
entah kenapa mereka menganggap aku saingan, padahal aku tidak pernah sekalipun
memikirkan mereka sainganku. Aku hanya senang mempunyai teman yang banyak dna
hanya itu. Ketika juri telah duduk kembali dari berunding siapa yang akan
memperebutkan juara 1 segera pembawa acara mengumumkan hasil rundingan
juri-juri tersebut. Yang anehnya aku disebut oleh pembawa acara sebagai juara
1. Aku sama sekali tidak menyangka dan sangat kaget. Teman-temanku yang ikut
mengantarku mereka bergumam dari kursi penonton “Aku sudah tau kau akan juara
satu”, dan ada juga yang mengatakan “Sudah kuduga anak itu pemenangnya”. Aku
sangat kaget dan bercampur senang. Semenjak saat itu aku banyak sekali
mengikuti perlombaan kesenian sampai sekarang aku telah duduk di bangku kuliah.
Semester
barupun dimulai. Sekarang aku sudah masuk semester 2 dengan IP yang menurutku
sudah bagus. Kehidupan kampusku seperti biasa atau bisa dibilang biasa saja. Tidak
ada yang menarik selain waktunya menggambar tiba. Suatu hari, sepulangnya aku
kuliah aku langsung menelusuri jalan ke kosanku. Aku melihat sebuah toko bunga
yang belum pernah aku lihat selama 6 bulan pertama aku di sini. Di dalam toko
tersebut ada seorang gadis cantik yang sedang duduk merangkai bunga-bunga. Aku sangat
penasaran dengan wanita ini, sepertinya umurnya tidak jauh beda dari umurku
dilihat dari cara dia berpakain dan wajahnya yang masih muda. Entah kenapa,
seperti ada magnet yang menarikku ke toko itu. Dan tanpa sadar aku sudah masuk
ke toko bunga tersebut. Gadis tersebut melihatku dari meja kasirnya tanpa
berkata satu katapun. Aku sangat bingung harus bagaimana, gadis tersebut sangat
cantik aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Lalu aku tersadar dan
mencari alasan mengapa aku masuk ke toko ini dan alasan kenapa aku menatapnya
begitu lama. Entah kenapa aku mengatakan “Apakah di sini jual bunga tulip warna
...” aku langsung melihat baju gadis itu “ ... putih?”. Aku terlalu nervous
untuk memikirkan kenapa aku ingin membeli bunga padahal aku tidak suka bunga. Gadis
itu tidak mengatakan apapun melainkan iya langsung berdiri dan mencari bunga
tulip warna putih dan memberikannya padaku. Aku langsung menerima bunganya
tanpa ragu-ragu. Lalu aku bertanya “be..berapa harganya?”. Gadis itu hanya
menunjuk ke arah tangkai bunganya yang sudah diberikan label harga dengan
secarik kertas seperti kertas pembatas buku yang diikatkan di sana. Dengan segera
aku mengeluarkan dompetku dan membayarnya.
Sepulangnya
di kosan, aku hanya menaruh bunga tulip tersebut di dalam sebuah vas yang sudah
aku beli sebelumnya dan meletakkannya di atas lemari belajarku. Dengan seksama
aku menatap bunga tulip tersebut. Aku tidak tau berapa lamanya aku menatap
bunga tulip tersebut tetapi setelah aku sadar kakiku pegal dan melihat jam
sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku langsung tidur untuk memulai awal yang
baru ke esokan harinya.
Seminggu
berlalu, aku masih penasaran dengan gadis yang berada di toko bunga tersebut. Dan
lagi-lagi, seperti ada magnet yang menarikku masuk ke dalam toko tersebut. Kali
ini aku sudah tidak gugup lagi. Aku memutuskan untuk membeli bunga tulip warna
oranye. Tanpa sepatah kata gadis tersebut langsung memberiku bunga tulip oranye
dan akupun langsung membayarnya. Dan sesampainya di kosanku aku langsung
menaruhnya di dalam vas yang baru. Sekarang aku punya 2 bunga tulip yang berbeda warna dan aku sama
sekali tidak tau kenapa aku mengatakan bunga tulip, kenapa aku tidak mengatakan
bunga mawar.
Tanpa
sadar, membeli bunga di toko tersebut menjadi kebiasaan setiap minggunya. Setiap
hari jum’at aku selalu beli bunga di sana dengan jenis bunga yang sama hanya
saja warnanya saja yang berbeda. Sepertinya gadis tersebut sudah hafal dengan
wajahku dan bunga apa yang akan aku beli.
Hari-hari
berlalu begitu cepat sehingg tidak terasa sudah 3 bulan aku melalui semeter 2
ku yang jadwalnya cukup sibuk dibandandingkan dengan semester kemarin. Seperti mahasiswa
lainnya yang dapat beasiswa ke luar negeri, akupun berniat untuk mendaftarkan
diriku ikut beasiswa ke korea. Aku hanya ingin mengetahui kesenian apa saja
yang ada di korea selain dari girl band dan boy band yang dibicarakan oleh
teman-teman cewekku.
Pagi
hari di bulan April, seperti biasa aku berangkat kuliah dan menyapa
teman-temanku di gazebo dekat kelas yang akan kami masuki untuk matkul
kreativitas. Seperti biasa menanyakan tentang kabar, mengbrol tentang hal bodoh
dan kebodohan teman kami dan sampailah percakapan beasiswa. “Oh iya aku lihat
tadi pagi yang keterima beasiswa ke luar negeri di jurusan kita lumayan banyak
lo, walaupun aku gak masuk tapi aku senang dengan jurusan kita” aku hanya
menganggukkan kepalaku, dan tiba-tiba aku ingat bahwa aku juga daftar beasiswa
ke luar negeri. “oh iya bob, namaku ada nggak?”. “aku lupa vi, soalnya aku Cuma
lihat namaku aja dan itung berapa orang dari jurusan kita yang dapat beasiswa
itu”. Setelah mendengar jawaban tenmanku, aku langsung membuka webnya. Dan ternyata
aku keterima. Aku dapat beasiswa ke korea selama 2 tahun. aku sangat bahagia
hingga memeluk temanku tanpa sadar dan melepaskannya dengan cepat setelah mengetahui
kalau kami seperti sepasang maho yang berpelukan. Aku segera mengecek e-mailku,
karena mahasiswa yang menerima beasiswa ke luar negeri akan dikirimkan e-mail. Ternyata
aku benar-benar keterima. Aku sangat senang dan langsung pergi ke tempat
pengurusan beasiswa di kampusku. Mereka bilang hari ini hari terakhir aku
kuliah di sini dan besok langsung berangkat ke korea untuk kuliah di sana.
Setelah
mendengar kabar itu, sepulangnya kuliah aku tersenyum-tersenyum sendiri di
jalan sampai aku melihat toko bunga yang selama 3 bulan aku selalu kunjungi
untuk membeli bunga. Kali ini aku tidak sanggup untuk masuk ke dalam toko
tersebut. Entah kenapa semenjak pertama kali aku melihat gadis tersebut hingga
sekarang, jantungku selalu berdegup dengan kencang tanpa hentinya dan aku
selalu bertindak bodoh ketika bertemu gadis tersebut. Aku berlari menuju
kosanku dan duduk di depan gambar sketch wajah gadis tersebut. Ya aku sangat
hafal dengan wajah gadis tersebut hingga aku bisa membuat sketch wajahnya tanpa
melihatnya dan tanpa selembar fotopun. Aku menggambarnya ketika pertama kali
aku bertemu dengan gadis itu.
Aku sangat
bingung. Sedih adalah ungkapan yang benar saat ini karena aku tidak bisa
bertemu dengan gadis itu selama 2 tahun. dan 2 tahun itu cukup lama. Walaupun aku
tidak pernah mengobrol dengan gadi s tersebut dan hanya sebatas membeli bunga,
tetapi aku merasakan getaran yang berbeda ketika aku melihat gadis-gadis
lainnya. Di jurusanku banyak sekali gadis cantik, seksi dan lainnya tetapi
entah kenapa aku tidak merasakan apa-apa dengan mereka. Selama ini aku selalu
senang jika bertemu dengan gadis itu dan tanpa sadar bibirku membentuk sebuah
lengkungan yaitu senyum. Aku selalu tersenyum ketika melihat gadis itu, gadis
itu pun juga tersenyum padaku. Setelah beberapa saat aku berfikir, sepertinya
aku sedang jatuh cinta. Aku sempat menelfon teman-temanku dan mereka mengatakan
mungkin aku sedang jatuh cinta. Dan tanpa di sadari aku mengalami perasaan
cinta yang sebelumnya aku belum pernah aku rasakan. Betapa bodohnya aku tidak
mengetahui perasaanku sendiri.
Malam
itu aku melihat ke arah jam. Pukul 10, apakah toko bunga tersebut sudah tutup
fikirku. Aku merasa aku harus memberi tau gadis itu sebenarnya selama ini aku
menyukainya dan meminta dia untuk menahanku pergi ke korea. Aku rela tidak jadi
kuliah di korea asalakan aku bisa melihatnya setiap hari dan setiap saat. Aku mondar-mandir
di kamarku tanpa arah aku merasa apakah aku perlu mengatakannya atau tidak. Aku
sangat bingung, hatiku sangat gundah, aku tidak bisa berfikir dengan jelas. Tanpa
sadar aku mengambil gambar sketch wajahnya dan menaruhnya di tabung gambar dan
langkahku semakin lama semakin cepat yang menandakan aku sedang berlari. Aku berlari
dan terus berlari hingga sampailah di depan toko bunga tersebut. Aku menekan
bel tokonya tetapi tidak ada yang datang. Aku langsung pergi mencari pintu
belakan dan yang aku temukan di belakang toko tersebut adalah sebuah taman yang
penuh dengan berbagai macam bunga dan gadis tersebut yang sedang duduk meminum
teh.
Malam
itu hanya ada aku dan dia di halaman belakang tokonya tersebut. Aku datang dari
belari dan nafasku masih terengah-engah. Aku berfikir lebih baik aku langsung
mengungkapkannya tanpa berbelit-belit. “Haai, a..aaku hanya lewat, tidak. Aku tidak
hanya lewat. Aku ke sini ingin menemuimu” nafasku masih terengah-engah “aku
menyukaimu. Aku bilang aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku bertemu dengamu
aku tau bahwa kaulah orangnya.” Ia hanya duduk terheran-heran melihatku “aku
tau kita hanya beberapa kali bertemu, dan kita juga tidak pernah ngobrol
sebelumnya, tetapi aku menyukaimu.” Gadis itu masih terlihat bingung. “besok
aku akan pergi kuliah ke luar negeri dan ini kesempatan terakhirku. Apakah kau
menyukaiku?” ia hanya terdiam tanpa sepatah katapun. Dari situ aku mengerti
bahwa dia tidak menyukaiku. “baiklah, mungkin aku berharap lebih darimu. Terima
kasih untuk semuanya.” Aku langsung pergi menahan malu, amarah, kesal yang
tidak bisa aku ungkapkan melalui kata-kata dan tanpa sadar aku sudah
bergelinangan air mata duduk di depan tokonya. Setelah itu aku hanya
meninggalkan tabung gambarku di depan tokonya dan aku pulang ke kosanku.
2 Tahun kemudian
Sudah
2 tahun berlalu, aku kembali ke kota Surabaya untuk kembali menyelesaikan
kuliahku. Bertemu dengan teman-temanku dan kembali ke kosan lamaku yang akan
aku tempati lagi. Temanku mengajakku untuk mengadakan acara makan-makan untuk
kedatanganku dan teman-temanku yang lainnya yang baru pulang dari luar negeri
yang mendapatkan beasiswa bersamaan denganku.
Sudah
lama aku tidak merasakan panasnya udara Surabaya. Jalanan malam yang ramai dan
tetangga-tetangganya. Setelah beberapa lama berjalan, aku berhenti di depan
toko bunga yang dulu sering aku kunjungi. Sekilas masa lalu terlampir di fikiranku.
Tanpa sadar aku jalan menuju belakang toko tempat kejadian memalukan tersebut
terjadi. Bunga-bunga yang masih sama persis seperti saat itu dan bau rumput
yang khas dan gadis itu. Seperti 2 tahun yang lalu, gadis itu duduk dengan
secangkir teh yang masih hangat. Aku berdiri di hadapannya seperti orang bodoh.
Aku merasa aku harus memulai percakapan, tetapi ia mengangkat tangannya dan
membuat sebuah isyarat. Untuk beberapa saat aku tidak mengerti apa maksud gadis
itu. Tiba-tiba saja air mata jatuh memenuhi wajahku dan tanpa sadar aku sudah
bertekuk lutut di hadapanya dengan sangat keras. Gadis tersebut ikut menangis
tanpa suara. Betapa bodohnya aku. Betapa bodohnya aku menyimpulkan semua hal di
masa lalu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Gadis itu berdiri dan pergi ke
dalam toko sedang aku masih berlutut di
hamparan rumput belakang rumahnya, beberapa saat kemudia dia keluar dengan
mengeluarkan sebuah tabung, tabung yang sepertinya aku kenal. Dia membuka
tabung tersebut dan mengeluarkan isi tabung tersbut yang membuat air mataku
jatuh lebih deras lagi. Itu adalah sebuah kertas yang sangat aku kenal. Kertas yang
2 tahun lalu aku tatap berjam-jam dengan tersenyum. Aku sangat bodoh, kenapa
aku tidak menyadarinya dua tahun yang lalu, apa yang aku fikirkan. Tangan lembutnya
menyentuh pipiku dan menghusap air mataku. Dia mengangkat kedua tangannya dan
membuat sebuah isyarat. Dia tidak pernah berbicara denganku bukan karna dia
tidak mau berbicara denganku. Dia tidak menjawab pertanyaanku 2 tahun yang lalu
bukan karena dia tidak mau menjawabnya dan bukan karena dia tidak menyukaiku
bukan karena dia benci padaku,tetapi dia memang tidak bisa berbicara dan
bukannya dia tidak mendengar aku mengungkapkan perasaanku padanya tetapi karena
dia tidak bisa mendengar. Dan aku langsung membalas isyaratnya “aku juga
merindukanmu”
SELESAI
Haaai bloggers udah lama banget nih udah gak ngeblog hahaha btw makasih untuk pembaca setia blog gue walaupun garing dan gak update hahah.
Kali ini aku coba membuat sebuah cerita pendek ya terobosan baru lagi pengen buat aja hahaha. Mungkin agak berbeda dan masih baru banget jadi kalo ada kritikan dan saran silahkan, aku terima dengan lapang dada loh ya. oh iya btw sekarang aku udah kuliah lo baru mau masuk semester 2, doain ya aku bisa menjalani masa-masa kuliah dengan menyenangkan. Okaay deeeh makasih udah mampir